Berbahagia dalam Ketidakbahagiaan
Laksana bisa berdansa riang dan agresif di tengah alunan-alunan musik berdistorsi yang umumnya tidak enak di telinga, bukankah selayaknya bagi kita bisa menari lincah gemulai di tengah ketidakbahagiaan? Sebab bahagia adalah suatu keniscayaan, sial nya kita juga harus siap menerima ketidakbahagiaan. Menyimak bagaimana yang digambarkan oleh Puthut EA dalam novelnya Cinta Tak Pernah Tepar Waktu yang sangat melankolis tersebut, di sana ada menjelaskan antara hal-hal yang berbau dengan kebahagiaan dan luka dalam hidup kita. Dari situ juga, sekali lagi, sial nya kita harus tundukterima bahwa energi luka lebih dahsyat daripada hal-hal berbau kebahagiaan. Tanya dirimu, akui saja, kebahagiaan tidak berumur panjang, sesederhana kau tertawa terbahak-bahak di kedai kopi favoritmu bersama teman-teman tahikmu beserta kopi hitam dan matcha latte yang mahal tapi tidak enak itu kemudian pulang dan merasakan kesendirian lagi. Mana tertawa tadi? Sekali lagi, meskipun sial dan brengsek, kita harus menyera...