Aku Hidup?

6 Desember 2000 nafas pertamaku berhembus. Mataku berkedip cepat. Banyak hal merangsek cepat ke kepalaku, itu semua tercatat sebagai ketidaknyamanan pertamaku. Selanjutnya aku tidak ingat apa-apa lagi yang terjadi di sana, atau mungkin lebih tepatnya aku enggan mengingatnya. Mungkin saat itu tanganku langsung diajak tos oleh ayahku sebagai tanda perkoncoan. Atau tos seperti tos yang ada di match Smack Down WWE teman yang ditos berarti gantian bertanding gulat. Tapi nyatanya hingga kini aku dan ayahku bertarung bersama menghadapi musuh-musuh. Ayahku lawan kelas berat bak John Cena, aku lawan Rey Misterio saja yang rada kecilan.

Aku diberi hidup oleh Dia Yang Maha Hidup. Bukan hanya hidup yang dalam artinya memiliki nyawa dan nafas, tapi sejati-jatinya hidup. Aku dihidupkanNya bersamaan seluruh jaminan bahwa memang aku bisa hidup. Aku dihidupkanNya dengan seluruh perangkat-perangkat, unsur-unsur, partikel-partikel, atau apapun itu istilah yang semacamnya.


"Saat kita membicarakan hidup, terlebih hidup yang dalam artian kita sadar dan sandarkan pada Dia Yang Maha Hidup, kata mati dan segala imbuhan yang ada dalam kematian pun adalah bagian dari hidup. Sejatinya sekali kita hidup maka selamanyalah itu kita hidup."


Mulai dari yang ada dalam sekujur tubuhku. Mulai mata dengan segala materi-materi yang memfungsikan penglihatan sampai jantung dengan segala elemen-elemennya yang detak dan degupnya menemani sisi terdalam sepiku dan arteri yang mengalirkan darah-darah suci serta cahaya-cahaya ke berbagai ruang hampa maupun sumpek dalam tubuhku.

Segala hal yang ada di luar diriku juga dalam jaminan penghidupanNya yang sebagiannya telah dijamin menjadi bagian hidupku. Mulai di lingkungan seperti apa letaknya di mana bagaimana situasinya aku tumbuh besar dan berkembang, di mana aku ditempatkan untuk bekerja berkarir dan membangun hidup, siapa saja yang kutemui dan kubiarkan mereka memberi warna hidupku, siapa yang akan jadi pasangan hidupku nanti, dan segalanya yang pastinya tidak mampu disebutkan oleh aku yang tolol ini. Semua dalam kekuasanNya.

Belakangan kuketahui dari keterangan dalam buku yang pernah kubaca kalau gambaran yang kugambarkan disebut dengan konsep mikro kosmos dan makro kosmos. Konsep tersebut sepertinya adalah konsep yang memiliki panjang kajian dan pembahasan. Tapi aku yang tolol ini menarik kesimpulan pada intinya adalah ada pengibaratan dunia yang sangat luas dalam tubuh dan jiwaku yang kecil (mikro kosmos) dan sebaliknya tubuh dan jiwaku yang sekecil atom ini hidup dan menjadi bagian alam yang sangat luas bin megah bin agung dan seterusnya hingga bin Maha Besar.

Kusadari kuserap semampu-mampuku yang padahal kemampuanku adalah sejatinya ketidakmampuan. Dengan segala yang ada, hidupku adalah hidupku, tanggung jawabku, pikulanku, permainanku. Semua hal yang di luar diriku sesuai pada porsinya hanya memberi warna saja. Tidak mesti ada yang mengintervensiku, apalagi sampai aku bergantung pada orang lain. Sebab, misal saja, andaipun ternyata orang tuaku bukan yang saat ini, aku harus tetap hidup untukku. Juga andaipun tempat tinggalku tidak seperti apa yang saat ini, aku harus tetap hidup bersama diriku sendiri. Serta andaipun tempat kerjaku bukan yang saat ini, aku harus menghidupi keberlangsungan keluar-masuknya saldoku.

Bukan bermaksud sombong, tapi justru kesadaran seperti itulah bentuk syukur atas segala materi-materi kehidupan yang aku terima dan ku internalisasikan. 

Lalu ku dorong diriku sekuat-kuatnya yang bahwa kekuatanku adalah sejati-jatinya kelemahan. Dengan segala keagungan kehidupan dariNya aku harus membuktikan hidup sehidup-hidupnya. Apapun kenapapun di manapun kapanpun siapapun bagaimanapun. 

Semua di atas hanya ke-seharusan-nya.

Kenyataannya adalah hanya ada kehinaan sehina-hinanya, ketidakmampuan setidakmampu-tidakmampunya, ketololan setolol-tolonya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berbahagia dalam Ketidakbahagiaan

Ketika Kau Berjuang dan Merasa Lelah Sendiri..