Surga (dan) Dunia: Kenikmatan Dunia dan Gambaran Umum tentang Surga Ada Keselarasan, Apakah Sejatinya Sama?
Membahas surga adalah membahas sesuatu yang cukup luas. Pengertian dan konsep memandang surga bagi setiap orang hingga ajaran agama memiliki perbedaan yang cukup mendasar.
Mungkin
saya akan mengajak kita bersepakat bahwa secara umum pengertian dan konsep surga
adalah dapat dibagi menjadi dua, surga sebagai konsep kenikmatan (entah itu di
dunia maupun di akhirat) dan surga yang dimaknai sebagai satu tempat di
kehidupan akhirat nanti. Begitu juga lawan katanya, neraka. Neraka adalah dapat
dikatakan sebagai suatu keadaan yang menyengsarakan (dunia maupun akhirat) dan
bisa juga diartikan sebagai satu tempat di alam akhirat kelak.
Sederhananya, dalam kehidupan kita di dunia bila kita sedang berada dalam kondisi yang nikmat dan membuat kita senang, maka itu adalah surga. Sehingga kalau kita pernah mendengar orang membahasakan kenikmatan yang ia dapatkan dengan kata "surga dunia", maka itu adalah sah saja. Begitu juga sebaliknya, jika dalam keadaan menyengsarakan dan tidak sesuai yang diinginkan, kita pernah mendengar sebagian orang menyebutnya "dunia itu neraka", atau "neraka dunia", dan sebagainya. Walaupun definisi nikmat dan sengsara di sini masih umum, saya kira tidak perlu saya jelaskan lebih dalam soal itu karena setiap kita pun sepertinya sudah tahu apa itu nikmat dan apa itu sengsara.
Keselarasan
Kenikmatan Dunia dan Surga yang Sesungguhnya
Zaman
terus berkembang, menawarkan kemudahan ini dan itu, mengobral kenikmatan sana
dan sini. Di sisi lain, ada kitab suci yang sebagai informasi dan Kalam Ilahi,
Sang Pencipta langit dan bumi serta yang Maha Mengetahui perkembangan
peradaban. Yang di dalamnya memuat segala informasi relevan bagi setiap
perkembangan peradaban. Bagi yang mengimaninya.
Saya
pernah mendapatkan khabar bahwa sebagian besar atau bahkan segala yang ada pada
kemajuan zaman sekarang adalah berdasar pada apa yang tertuang dalam kitab suci
(baca: Alquran). Salah satunya adalah konsep pesawat terbang yang ada kaitannya
dengan beberapa ayat di Alquran. Penjelasan sederhana bisa kita lihat pada
artikel ini. Dan hal-hal lain yang tertuang pada Kalam Ilahi.
Berangkat
dari hal tersebut, belakangan lahir asumsi saya dan melewati aktivitas
mencocok-cocokkan bahwa segala kenikmatan dan kemudahan yang ditawarkan oleh
masa sekarang ini adalah ada kaitannya dengan gambaran umum tentang surga di
akhirat kelak. Sebagai contoh, ada satu khabar yang terkenal kita terima
mengenai keadaan surga kelak bahwa di surga segala hal yang kita inginkan ada,
dan tanpa kita bersusah payah mendapatkannya pun ia akan dengan sendirinya
datang ke genggaman kita. Kalau kita coba telaah lebih dalam, ini hampir
selaras dengan konsep belanja online. Segala macam yang kita inginkan (hampir)
pasti ada di aplikasi dan laman pasar online, dan barang yang kita inginkan
tersebutlah yang akan mendatangi kita tanpa kita mendatanginya. Dan contoh lainnya.
Kenikmatan
Dunia dan Gambaran Umum tentang Surga Ada Keselarasan, Apakah Sejatinya Sama?
Kita hidup di dunia pada zaman sekarang ini yang
segalanya serba mudah dan berkemajuan. Namun belakangan ini saya mendapat
seperti apa yang bisa disebut dengan “efek samping” dari sebagian besar yang
ada pada kehidupan sekarang ini. Kemudian saya beranjak mencari informasi
terkait dengan hal yang saya dapati tersebut. Dan benar saja, saya menerima
cukup banyak artikel dan kajian yang berisikan kritik terhadap zaman modern ini
(atau istilah lain yang menggambarkan kehidupan masa sekarang ini).
Maraknya pembangunan yang mungkin bermaksud demi
kemajuan, kemudahan. Atau bahkan jika saya tidak berlebihan, saya akan menyebut
mungkin itu semua bermaksud membangun dan menciptakan surga dunia. Namun
ternyata di sisi lain memiliki efek samping yang sangat parah.
Gedung-gedung tinggi dibangun di mana-mana,
pembangunan jalan di sana dan di sini, namun ternyata berdampak pada kerusakan
lingkungan yang kian hari makin kita rasakan. Maraknya makanan instan yang
ternyata kategori sampah yang sulit terurai lahir banyak lahir dari sana. Dan sebagainya dan sebagainya.
Terlebih, hal yang paling dekat dengan kita sebagai
manusia yang hidup pada masa sekarang ini adalah bila kita tidak bijak menyikapi
dan memandang surga dunia tersebut, maka kita akan tergoda dan berekspektasi
tinggi. Tiada yang salah dengan kita berekspektasi tinggi dengan apa yang ada
pada kehidupan sekarang ini. Namun yang jadi masalah adalah saya sering menemui
kasus mereka yang berekspektasi tinggi dan mengejar mati-matian tujuan dunianya
justru kecewa dan dipatahkan oleh ekspektasinya sendiri. Bahkan hingga
melontarkan sumpah serapah yang tidak berdasar dan tidak berarah, dan pada ujungnya
menyalahkan Tuhan.
Hasil
Refleksi Pribadi
Dari segala yang apa saya dapatkan, saya melewati
proses berpikir yang lebih dalam. Mungkin terhambat keterbatasan bekal dan
modal data yang saya miliki untuk hal itu, namun setidaknya mampu melahirkan
hasil pemikiran sendiri. Dan hasil pemikiran tersebut saya percayai akan terus mengalami
perkembangan.
Bahwa dunia dibangun sedemikian rupa bahkan hingga
bermaksud membangun surga di dunia, sejatinya adalah hal tersebut buah tangan
dan pikiran manusia. Bukan bermaksud mengkerdilkan manusia, namun tidak dapat
dipungkiri sehebat apapun manusia sudah tentu memiliki kekurangan dan tidak
bisa sama dengan apa yang diciptakan oleh Tuhan. Di sisi lain memang saya
sangat mengapresiasi segala karya manusia hingga dunia sedemikian maju seperti
ini. Dan hikmah manusia diciptakan bersandingan dengan kekurangan adalah untuk
manusia terus melampaui kekurangannya, dan Tuhan memang mengizinkan manusia
untuk melampaui kekurangannya tersebut.
Dan dalam konteks kenikmatan dunia yang lahir dari
buah pikir dan tangan manusia jika disandingkan dengan surga yang sesungguhnya
(baca: anugerah Tuhan) jelas memiliki perbedaan yang mendasar. Saya pribadi dan
sebagian besar orang apalagi yang menganut agama, tentu mempercayai dan
meyakini surga anugerah Tuhan adalah kenikmatan yang sejatinya kenikmatan, kita
tidak akan mendapatkan efek samping walaupun hanya setitik noda bosan.
Bukan untuk sombong, namun mensyukuri nikmat. Saya
berani mengatakan seperti itu adalah karena seumur hidup saya berharap pada
Tuhan atau bahkan pada beberapa titik
saya beragama hanya dengan manut tanpa ilmu, saya tidak pernah menemukan
kerugian atau saya kecewa.
Dan konsep berpikir saya yang seperti ini jelas
bertentangan bagi sebagian orang yang (mungkin) tidak percaya atau kecewa pada
Tuhan. Yang menurut saya pasti mereka seperti itu tentu ada faktor, yang jujur
saya cukup tertarik mengikuti dan mempelajari faktor-faktor yang membuat mereka
memandang sinis akan Tuhan. Mungkin di lain kesempatan akan saya bahas.
Sumber Gambar: Google Image.
Lanjutkan mas alwi 🥳💯
BalasHapus