Ketika Kau Berjuang dan Merasa Lelah Sendiri..
Setiap orang pasti pernah mengalami berjuang, perjuangan macam apapun itu. Dari perjuangan mendapatkan cinta, menggapai cita-cita, hingga berjuang menang melawan pergulatan batin dalam diri sendiri.
Tak ada hal yang mudah dalam perjuangan, dan lelah adalah bisa jadi hal yang pasti. Dan persoalan berikutnya adalah bagaimana kita dapat membangkitkan semangat untuk kembali dan terus berjuang.
Ada satu riwayat yang cukup masyhur yang bisa kita dapatkan di berbagai sumber, dari khutbah Jumat, dari penceramah, di pengajian, maupun dari postingan akun-akun dakwah di berbagai media sosial. Bahwa Sayyidah Fathimah pernah merasa lelah dalam pekerjaan rumah tangganya dan pada satu waktu mengadu kepada Rasulullah dan meminta pembantu untuk membantu perkerjaannya di rumah, namun Rasulullah bukan memberikannya pembantu tapi justru memberi amalan dzikir untuk dibaca. Dzikir tersebut berupa Subhanallah 33x, Alhamdulillah 33, dan Allahu Akbar 34x.
Saya bukan ingin mengkaji riwayat tersebut dari segi riwayat, sanad, matan, rawi hingga yang lainnya yang berbau Ilmu Hadits. Pengkajian tersebut sudah banyak dikaji, dan bisa kita dapatkan di banyak sumber, Namun saya ingin mengambil pelajaran dari periwayatan tersebut.
Karena jujur, saat pertama mendapat khabar riwayat tersebut ada sedikit pertanyaan berupa ‘apa hubungannya lelah dengan dzikir?’. Dan di sisi lain juga saya banyak mendapatkan riwayat dan para ustadz menyebutkan pada permasalahan ini dianjurkan membaca bacaan dzikir ini, pada permasalahan itu bacalah bacaan itu, dan anjuran mendawamkan dzikir, hingga seterusnya dan seterusnya. Pertanyaan tersebut terus membesar, ‘apa hubungannya?’ gitu lhoo..
Bukan mengkritik Rasulullah dan para ulama bahwa itu tidak masuk akal, namun justru saya yakin bahwa di balik itu semua ada penjelasan dan pemahaman.
Di samping pertanyaan yang menghinggapi pikiran saya, saya tetap menerima dan mengamalkan apa yang saya terima tersebut sambil saya mencari jawaban dan makna atas apa yang saya pertanyakan dan saya amalkan ini.
Belakangan saya merasa mulai menemukan makna. Bahwa saat saya merasa lelah dan dalam kesendirian dan saya berdzikir, saya merasa tidak sendiri. Bahwa ada satu hal atau bahkan Dzat yang membersamai saya bahkan akan terus membersamai. Dan dari perasaan dan keyakinan bahwa ada Dzat yang membersamai itu menumbuhkan energi yang cukup dahsyat untuk saya terus berjuang.
Setelah itu saya mencoba mengamati sekitar dan sedikit berdiskusi dengan teman, tentang bagaimana mereka saat merasa lelah dan sendiri, dan bagaimana menurut mereka tentang Tuhan saat mereka merasa lelah dan sendiri. Dari hasil pengamatan dan diskusi, sebagian besar saat merasa lelah dan sendiri, mereka memilih menutupinya dengan kesenangan seperti main game, nonton film, nikmati musik, nongkrong bersama teman, dan sebagainya. Dan soal pandangan mereka soal Tuhan saat mereka lelah dan sendiri, saya menangkap ada sebagian yang punya anggapa bahwa melibatkan dan membicarakan Tuhan seperti “ah kejauhan ah”, atau “ah berat ah bawa-bawa Tuhan obrolannya” dan sebagainya.
Saya tidak menyalahkan mereka yang menutup rasa lelah dan sendirinya dengan kesenangan dan yang menganggap melibatkan Tuhan adalah hal yang berat dan kejauhan. Karena jujur saya juga sering menutupi rasa lelah dan sendiri dengan kesenangan-kesenangan yang saya senangi, namun saya sering merasa kesenangan-kesenangan tersebut ada kalanya tidak mempan menutupi semua itu. Atau juga kesenangan-kesenangan itu tidak mengangkat rasa lelah dan sendiri sampai pada akarnya, setelah melakukannya saya kembali terjatuh bahkan tenggelam pada perasaan tersebut. Sehingga saya merasa perlu cara yang lain. Dan dengan dzikir atau amalan yang saya amalkan, saya merasa itu cukup bahkan sangat mempan.
Soal dzikir atau amalan-amalan tersebut adalah erat kaitannya dengan tingkat keyakinan dan seberapa jauh kita mengenal Tuhan kita. Semakin kita mengenal Tuhan kita, kita semakin yakin bahwa kita tidak sendiri. Dan itu semua dapat kita dapati hanya dengan ilmu.
Dan dengan ilmu itu pula membuat kita semakin bijak dalam memandang dan mengamalkan dzikir dan keyakinan akan Tuhan tersebut. Bahwa dzikir dan keyakinan akan Tuhan adalah penting, dan dengan ilmu membuat kita berdzikir dan berkeyakinan akan Tuhan tidak menjadikan kita candu dan tidak melakukan apa-apa.
(Sumber Gambar: Google Image)
Komentar
Posting Komentar