Mempersoalkan Tuhan
Secara umum, yang dikatakan dan dianggap sebagai
Tuhan adalah Dzat yang memiliki kekuatan supranatural, kekuatan yang di luar
kemampuan seluruh makhluk yang ada di dunia. Yang kemudian daripada itu
diyakini, disembah, dan sebagainya. Berangkat dari pengertian tersebut, kita
bisa mendapati berbagai macam konsep ketuhanan. Entah itu aliran konsep
ketuhanan seperti animisme, dinamisme dan yang semacamnya hingga konsep ketuhanan
yang diusung oleh berbagai agama. Semua konsep ketuhanan tersebut memiliki
perbedaan yang mendasar berdasarkan latarbelakang dan cara pandang masing-masing.
Di mana Tuhan?
Dalam mempersoalkan Tuhan, pertanyaan “Di mana
Tuhan?” adalah pertanyaan favorit dan masih eksis dari waktu lalu yang cukup
lama. Berbagai jawaban untuk menjawab pertanyaan tersebut juga telah banyak
yang terlontarkan.
Mulai dari kalimat yang sering kita terima dari
kecil soal “Yang di atas” yang berarti menunjukkan bahwa Tuhan ada di atas.
Dari jawaban ini melahirkan beberapa tanggapan kritis yang membantahnya, bahwa
Tuhan tidak terbatas hanya ada di atas, dan tanggapan yang lainnya. Hingga
anggapan yang disebut sebagian besar umat muslim bahwa Allah di ‘Arsy. Anggapan
ini pula mendapat bantahan yang kritis. Saat kita menduduki suatu kursi atau
tempat bisa diduduki yang lain sudah tentu tempat duduk kita yang lebih besar, bila
tempat duduknya lebih kecil tentu tidak bisa kita tempati ataupun jika bisa
pasti tidak nyaman. Begitu juga Allah, kalau Allah menempati ‘Arsy logika kita
dapat menerima bahwa ‘Arsy itu lebih besar, sedangkan Allah Maha Besar yang
pasti tidak ada yang lebih besar daripada-Nya. Dan adanya penyuaraan dari
seorang pendakwah yang belakangan ini suaranya cukup fenomenal, bahwa “Tuhan
ada di hatimu”. Anggapan tersebut juga saya pernah mendapati tanggapan yang
kritis di platform Twitter. Serta jawaban-jawaban lain yang berkaitan dengan “Di
mana Tuhan?”.
Saya tidak mengatakan jawaban dan anggapan mana yang
benar dan menyalahkan yang lain. Saya lebih memilih menanggapinya bahwa setiap
jawaban dan anggapan tersebut perlu ditimbang dan diperhatikan secara
konteksnya. Bahkan jika memang tertulis di kitab suci seperti anggapan Allah di
‘Arsy pun masih harus kita pelajari tafsir dari ayat tersebut.
Keberadaan Tuhan
Saya memahami pertanyaan “Di mana Tuhan?” adalah
sangat berkaitan dengan keberadaan Tuhan. Soal keberadaan Tuhan, saya setuju
dengan pendekatan pemikiran berupa perumpamaan kentut yang keluar dari kemaluan
belakang kita dan pertanyaan keberadaan akal. Kita menyepakati kentut yang
keluar adalah ada walaupun kita tidak bisa melihat wujudnya. Kita juga menyepakati
bahwa manusia memiliki akal tapi kita tidak bisa memastikan keberadaan akal
kita di mana.
Sehingga saya sangat dapat menerima dengan adanya
kajian yang menyebut bahwa sesuatu yang ada tidak selalu bisa dilihat, diraba,
dan sebagainya. Bahwa keberadaan Tuhan tidaklah sama seperti konsep keberadaan
makhluk yang ada di dunia ini.
Adapun pembahasan anggapan sebagian orang yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan, jujur saya belum mempelajarinya sehingga saya tidak mungkin menulis apa yang belum saya pelajari. Mungkin di lain kesempatan bisa kita bahas hal tersebut.
(Sumber Gambar: Google Image)
Komentar
Posting Komentar